Pawai Ogoh-Ogoh Semarakkan Semarang Jelang Hari Raya Nyepi 2025
NewNews - Semarang (26/4/2025). Jalan-jalan utama Kota Semarang disulap menjadi panggung budaya terbuka saat pawai ogoh-ogoh digelar untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947. Acara yang berlangsung pada Sabtu sore ini berhasil menyedot perhatian warga lokal dan wisatawan.
Pawai ogoh-ogoh menjadi bagian dari tradisi umat Hindu yang biasanya digelar sehari sebelum perayaan Nyepi. Dalam pawai ini, berbagai patung raksasa berbentuk makhluk mitologis dan simbol kejahatan diarak keliling kota sebagai simbol pengusiran roh jahat. Namun uniknya, kali ini suasana ogoh-ogoh tidak hanya milik umat Hindu, tapi juga dinikmati masyarakat lintas agama dan budaya di Kota Semarang.
Acara pawai ogoh-ogoh menjadi agenda budaya tahunan yang kembali digelar oleh komunitas Hindu di Semarang, bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat. Lebih dari sepuluh ogoh-ogoh ditampilkan dalam parade ini, termasuk salah satunya dari Pemerintah Kota Denpasar yang membawa ogoh-ogoh berkuda besar dan artistik.
Pawai ini melibatkan komunitas Hindu Bali di Semarang, seniman dari Denpasar, pelajar Hindu Dharma Indonesia, relawan lintas komunitas, hingga tokoh lintas agama. Pemerintah Kota Semarang turut memberikan dukungan penuh atas penyelenggaraan acara.
Rute pawai dimulai dari Jalan Pemuda dan berakhir di kawasan Simpang Lima, dengan beberapa panggung hiburan dan titik pertunjukan budaya di sepanjang jalan.Acara berlangsung pada Sabtu, 26 April 2025, mulai pukul 15.30 WIB hingga sekitar pukul 21.00 WIB, dan ditutup dengan doa bersama untuk kedamaian bangsa.
Selain sebagai bagian dari tradisi menjelang Hari Raya Nyepi, pawai ogoh-ogoh ini juga menjadi sarana mempererat kerukunan antarumat beragama di Kota Semarang. Masyarakat diajak untuk mengenal nilai-nilai luhur dari budaya Hindu serta pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Ogoh-ogoh ditampilkan dengan penuh kreativitas dan estetika. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah ogoh-ogoh raksasa berbentuk kesatria berkuda dengan ekspresi garang, menggambarkan pertempuran melawan hawa nafsu dan energi negatif. Iringan musik baleganjur mengiringi langkah para pengarak yang mengenakan pakaian adat Bali. Warga yang menyaksikan terlihat antusias, banyak yang mengabadikan momen langka ini lewat ponsel mereka.
Acara berlangsung tertib dengan pengamanan dari aparat kepolisian dan satpol PP, serta pengaturan lalu lintas yang efektif agar tidak mengganggu arus kendaraan.
Komentar
Posting Komentar